Kisah Nenek Sakiyem Bersaing dengan Gadis-Gadis Penjaja Takjil
agen poker– Seorang nenek berusia 76 tahun di
Semarang, Jawa Tengah, bersaing dengan gadis-gadis belia untuk menjual
takjil atau makanan berbuka puasa. Tubuh renta dengan wajah keriput tak
membuatnya canggung berdiri di deretan gadis-gadis cantik sambil
menenteng dagangan es buah.
Nenek Sakiyem bisa jadi adalah satu-satunya perempuan paling tua yang menjajakan menu takjil di Jalan Pahlawan Semarang. Penampilannya terlihat sangat berbeda dari pedagang takjil lain yang aktif menawarkan barang dagangannya.
Dia mengenakan kerudung merah muda dengan setelan baju batik warna cokelat dan celana panjang hitam. Sandal jepit biru menjadi alas kaki yang ringan baginya agar bisa berjalan lebih cepat menawarkan dagangan ke pengguna jalan.
Namun demikian, tubuhnya yang renta tak bisa bergerak cepat saat akan melayani pengendara yang hendak membeli. Berbeda dengan gadis-gadis muda yang dengan lincah berlari menjemput pembeli meski berada di tengah jalan.
Sakiyem pun hanya dapat tersenyum tipis saat pengendara batal membeli barang dagangannya dan memilih penjual takjil lainnya. Kendati demikian, Sakiyem tak menyerah. Dia tetap menenteng es buah dan kolak pisang buatannya untuk dijajakan kepada pengendara.
“Berjualan takjil baru Ramadan kali ini, karena kata anak saya enggak boleh jadi buruh memasak terus. Harus punya usaha sendiri. Lumayan juga hasilnya, dari jualan hari pertama puasa, dagangan saya habis,” kata Sakiyem kepada Okezone kemarin sore.
Warga Kebonharjo Semarang itu menyampaikan, dirinya mulai berjualan takjil selepas salat Asar hingga waktu Magrib tiba. Kadang, anak perempuannya ikut membantu berjualan jika tidak bekerja.
“Kalau hasil menjual sehari-hari ini sebagian ya untuk modal belanja bahan-bahan dan buah. Saya buatnya asli pakai gula, bukan pemanis buatan. Agar usaha ini berkah, nanti uangnya ditabung untuk keperluan lebaran,” pungkasnya.
Nenek Sakiyem bisa jadi adalah satu-satunya perempuan paling tua yang menjajakan menu takjil di Jalan Pahlawan Semarang. Penampilannya terlihat sangat berbeda dari pedagang takjil lain yang aktif menawarkan barang dagangannya.
Dia mengenakan kerudung merah muda dengan setelan baju batik warna cokelat dan celana panjang hitam. Sandal jepit biru menjadi alas kaki yang ringan baginya agar bisa berjalan lebih cepat menawarkan dagangan ke pengguna jalan.
Namun demikian, tubuhnya yang renta tak bisa bergerak cepat saat akan melayani pengendara yang hendak membeli. Berbeda dengan gadis-gadis muda yang dengan lincah berlari menjemput pembeli meski berada di tengah jalan.
Sakiyem pun hanya dapat tersenyum tipis saat pengendara batal membeli barang dagangannya dan memilih penjual takjil lainnya. Kendati demikian, Sakiyem tak menyerah. Dia tetap menenteng es buah dan kolak pisang buatannya untuk dijajakan kepada pengendara.
“Berjualan takjil baru Ramadan kali ini, karena kata anak saya enggak boleh jadi buruh memasak terus. Harus punya usaha sendiri. Lumayan juga hasilnya, dari jualan hari pertama puasa, dagangan saya habis,” kata Sakiyem kepada Okezone kemarin sore.
Warga Kebonharjo Semarang itu menyampaikan, dirinya mulai berjualan takjil selepas salat Asar hingga waktu Magrib tiba. Kadang, anak perempuannya ikut membantu berjualan jika tidak bekerja.
“Kalau hasil menjual sehari-hari ini sebagian ya untuk modal belanja bahan-bahan dan buah. Saya buatnya asli pakai gula, bukan pemanis buatan. Agar usaha ini berkah, nanti uangnya ditabung untuk keperluan lebaran,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar